Post-presidency appointments
So far, Megawati Sukarnoputri is the only former president which somehow retained her influence within the government and even appointed to strategic positions with advisory capabilities. On 22 March 2018, she was appointed as Head of Steering Committee of Pancasila Ideology Development Agency. She also gained position as Head of National Research and Innovation Agency Steering Committee since 5 May 2021, and she was formally appointed on 13 September 2021.[71][72]
On 4 October 2023, Megawati Sukarnoputri had a meeting with former Malaysian Prime Minister Mahathir Mohamad in Kuala Lumpur. During their discussion, the two senior politicians covered various topics, including Indonesia's plan to relocate its capital city to East Kalimantan.[73]
Megawati's first husband was First Lieutenant Surindro Supjarso [id], whom she married on 1 June 1968. He perished in a plane crash in Biak, West Irian, on 22 January 1970. On 27 June 1972, she married Hassan Gamal Ahmad Hassan, an Egyptian diplomat. The marriage was annulled by the Religious Court less than 3 months later.[9] She then married Taufiq Kiemas on 25 March 1973. He died on 8 June 2013.[74] She has three children, Mohammad Rizki Pratama, Muhammad Prananda Prabowo, and Puan Maharani. The sons are from her marriage with Surindro, while Puan Maharani is the only child from Megawati's marriage to Taufiq.[75][76]
Megawati is known to love nasi goreng and she has her own speciality in this dish. Her fried rice is often used as her political tool when dealing with other politicians. According to PDI-P Secretary General Hasto Kristiyanto, her fried rice recipe was made when her father Sukarno wanted to entertain a number of demonstrators. Well known recipients of her fried rice includes President Abdurrahman Wahid and Prabowo Subianto. The recipe was revealed during the 2019 Indonesian general elections.[77] Megawati also tends to cook dishes for her guests when she was Vice President and even memorize the guest's favorite food.[78] She then stated that female officials in the government must know how to cook their meals.[78]
She also enjoyed gardening. This hobby was stemmed to her when she was a member of House of Representatives and was seated in the 4th Commission that deals with agriculture, forestry, and transmigration.[79]
Kehidupan awal dan pendidikan
Megawati lahir di Yogyakarta dari pasangan Soekarno, yang telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dari Belanda 2 tahun sebelumnya pada tahun 1945, dan Fatmawati, seorang keturunan bangsawan Inderapura, salah satu dari sembilan istri Soekarno. Megawati adalah anak kedua dan putri pertama Soekarno. Dia dibesarkan di Istana Merdeka ayahnya. Dia menari untuk tamu ayahnya dan mengembangkan hobi berkebun. Megawati berusia 19 tahun ketika ayahnya melepaskan kekuasaan pada tahun 1966 dan digantikan oleh pemerintahan yang akhirnya dipimpin oleh Presiden Soeharto.[6]
Megawati kuliah di Universitas Padjajaran di Bandung untuk belajar pertanian tetapi keluar pada tahun 1967 untuk bersama ayahnya setelah kejatuhannya. Pada tahun 1970, tahun ayahnya meninggal, Megawati pergi ke Universitas Indonesia untuk belajar psikologi tetapi keluar setelah dua tahun.[7]
Pada tahun 1986, Soeharto memberikan status Pahlawan Proklamasi kepada Soekarno dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh Megawati. Pengakuan Soeharto memungkinkan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), sebuah partai yang didukung pemerintah, untuk mengkampanyekan nostalgia Soekarno menjelang pemilihan legislatif 1987. Selama ini Megawati melihat dirinya sebagai ibu rumah tangga, tetapi pada tahun 1987 ia bergabung dengan PDI dan mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).[6] PDI menerima Megawati untuk mendongkrak citranya sendiri. Megawati dengan cepat menjadi populer, statusnya sebagai putri Soekarno mengimbangi kurangnya keterampilan berpidato. Meski PDI berada di urutan terakhir dalam pemilu, Megawati terpilih menjadi anggota DPR. Seperti semua anggota DPR, ia juga menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).[8]
Jabatan pascakepresidenan
Sejauh ini, hanya Megawati yang merupakan mantan presiden Indonesia yang entah bagaimana mempertahankan pengaruhnya di pemerintahan yang berkuasa dan bahkan diangkat ke posisi strategis dengan kemampuan penasihat. Pada 22 Maret 2018, ia diangkat sebagai Ketua Panitia Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. Ia juga menjabat sebagai Ketua Panitia Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional sejak 5 Mei 2021. Untuk yang terakhir, meskipun menjabat sejak 5 Mei 2021, ia dilantik secara resmi pada 13 September 2021.[58][59]
Pada 3 Oktober 2023, Megawati bertemu dengan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad.[60]
Suami pertama Megawati adalah Letnan Satu Surindro Supjarso, yang dinikahinya pada 1 Juni 1968. Ia tewas dalam kecelakaan pesawat di Biak, Irian Barat, pada 22 Januari 1970. Pada 27 Juni 1972, ia menikah dengan Hassan Gamal Ahmad Hassan, seorang diplomat Mesir. Pernikahan itu dibatalkan oleh Pengadilan Agama kurang dari 3 bulan kemudian.[7] Ia kemudian menikah dengan Taufiq Kiemas pada 25 Maret 1973. Ia meninggal pada 8 Juni 2013.[61] Ia dikaruniai tiga orang anak, Mohammad Rizki Pratama, Muhammad Prananda Prabowo, dan Puan Maharani. Anak laki-lakinya berasal dari pernikahannya dengan Surindro, sedangkan Puan adalah anak tunggal dari pernikahan Megawati dengan Taufiq.[62][63]
Early life and education
Early life and family
Megawati Sukarnoputri was born in Yogyakarta to Sukarno, who had declared Indonesia's independence from the Netherlands 2 years prior in 1945 and Fatmawati, a Minang descended from Inderapuran aristocracy, one of his nine wives. Megawati Sukarnoputri was Sukarno's second child and second daughter. She grew up in her father's Merdeka Palace. She danced for her father's guests and developed a gardening hobby. Megawati Sukarnoputri was 19 when her father relinquished power in 1966 and was succeeded by a government which eventually came to be led by President Suharto.[8]
Megawati Sukarnoputri attended Padjadjaran University in Bandung to study agriculture but dropped out in 1967 to be with her father following his fall. In 1970, the year her father died, Megawati Sukarnoputri went to the University of Indonesia to study psychology but dropped out after two years.[9]
In 1986, Suharto gave the status of Proclamation Hero to Sukarno in a ceremony attended by Megawati Sukarnoputri. Suharto's acknowledgment enabled the Indonesian Democratic Party (PDI), a government-sanctioned party, to campaign on Sukarno nostalgia in the lead-up to the 1987 legislative elections. Up to that time, Megawati Sukarnoputri had seen herself as a housewife, but in 1987 she joined PDI and ran for a People's Representative Council (DPR) seat.[8] The PDI accepted Megawati Sukarnoputri to boost their own image. Megawati Sukarnoputri quickly became popular, her status as Sukarno's daughter offsetting her lack of oratorical skills. Although PDI came last in the elections, Megawati Sukarnoputri was elected to the DPR. Like all members of the DPR she also became a member of the People's Consultative Assembly (MPR).[10]
Kongres Nasional PDI-P tahun 2000
Kongres Pertama PDI-P diadakan di Semarang, Jawa Tengah, pada bulan April 2000, di mana Megawati terpilih kembali sebagai Ketua untuk masa jabatan kedua.[21] Megawati mengkonsolidasikan posisinya dalam PDI-P dengan mengambil tindakan keras untuk menyingkirkan calon pesaing.[22] Dalam pemilihan Ketua, muncul dua calon lain; Eros Djarot dan Dimyati Hartono. Mereka mencalonkan diri karena tidak ingin Megawati merangkap sebagai ketua dan wakil presiden. Pencalonan Eros dari cabang Jakarta Selatan batal karena masalah keanggotaan. Eros tidak diizinkan untuk berpartisipasi dalam Kongres. Kecewa dengan apa yang dia anggap sebagai kultus kepribadian yang berkembang di sekitar Megawati, Eros meninggalkan PDI-P. Pada Juli 2002, ia membentuk Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia. Meski pencalonan Dimyati tidak ditentang sekeras Eros, ia dicopot sebagai Kepala Cabang Pusat PDI-P. Dia mempertahankan posisinya sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), tetapi meninggalkan partai untuk menjadi dosen universitas.[23] Pada April 2002, Dimyati membentuk Partai Indonesia Tanah Air Kita.[24]
PDI-P National Congress
The First PDI-P Congress was held in Semarang, Central Java, in April 2000, at which Megawati Sukarnoputri was re-elected as chair for a second term.[24]
Megawati Sukarnoputri consolidated her position within PDI-P by taking harsh measures to remove potential rivals.[25] During the election for the chair, two other candidates emerged; Eros Djarot and Dimyati Hartono. They ran because they did not want Megawati Sukarnoputri to serve concurrently as both chair and vice president. Eros' nomination from the South Jakarta branch was voided by membership problems. Eros was not allowed to participate in the Congress. Disillusioned with what he perceived to be a cult of personality developing around Megawati, Eros left PDI-P. In July 2002, he formed the Freedom Bull National Party. Although Dimyati's candidacy was not opposed as harshly as Eros, he was removed as Head of PDI-P's Central Branch. He kept his position as a People's Representative Council (DPR) member, but left the party to become a university lecturer.[26] In April 2002, Dimyati formed the Our Homeland of Indonesia Party (PITA).[27]
Rise to the presidency
Megawati Sukarnoputri had an ambivalent relationship with Abdurrahman Wahid. During the cabinet reshuffle of August 2000 for example, Megawati was not present for the announcement of the new line-up.[28] At another occasion, when the political tide began to turn against Abdurrahman Wahid, Megawati Sukarnoputri defended him and lashed out against critics.[29] In 2001, Megawati Sukarnoputri began to distance herself from Abdurrahman Wahid as a Special Session of the MPR approached and her prospects of becoming president improved. Although she refused to make any specific comments, she showed signs of preparing herself, holding a meeting with party leaders a day before the Special Session was to start.[citation needed]
Wakil presiden (1999–2001)
Sebagai wakil presiden, Megawati memiliki kewenangan yang cukup besar karena menguasai banyak kursi di DPR. Wahid mendelegasikan kepadanya masalah di Ambon, meskipun dia tidak berhasil.[20] Pada saat Sidang Tahunan MPR diselenggarakan pada Agustus 2000, banyak yang menilai Wahid tidak efektif sebagai presiden atau sebagai administrator. Wahid menanggapi hal ini dengan mengeluarkan keputusan presiden, yang memberi Megawati kendali sehari-hari atas pemerintahan.[20]
Perjalanan pendidikan
Pranala ke artikel terkait
Sementara untuk pengunjung umum di atas 12 tahun, wajib menggunakan aplikasi PeduliLindungi untuk melakukan skrining.
Perlu dicatat, Hanya pengunjung dengan kategori Hijau dalam aplikasi PeduliLindungi yang diperbolehkan masuk area.
Pengunjung kategori hijau adalah mereka yang telah melakukan vaksinasi secara lengkap dan tidak ada ada hasil positif atau kontak erat dengan pasien Covid-19.
Jadi, sebelum berkunjung, pastikan kamu telah memenuhi syarat batasan usia di atas.
Ancol Tak Lagi Berlakukan Ganjil Genap
Taman Impian Jaya Ancol sudah tidak lagi memberlakukan aturan ganjil genap.
Pengumuman itu disampaikan langsung melalui akun Instagram Ancol, @ancoltamanimpian.
Artinya, para wisatawan kini bebas berlibur ke Ancol tanpa harus menyesuaikan plat nomor kendaraan dengan tanggal kunjungan.
Baca juga: Liburan Seru ke Dufan Ancol Setahun Penuh, Cuma Bayar Rp 350 Ribu
Peniadaan ganjil genap sejalan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Nomor 80 Tahun 2022.
Menurut surat keputusan tersebut, aturan ganjil genap yang berlaku pada tempat wisata di Jakarta dtiadakan mulai 18 Februari 2022.
The 13th World Chinese Entrepreneurs Convention Opened in Bali, Indonesia (English)
Megawati Hangestri resmi memperpanjang kontraknya dengan tim Red Sparks untuk musim 2024/2025 dengan gaji terbaur yang jadi sorotan.
Megawati Hangestri Pertiwi mendapat pesan menyentuh dari mantan rekannya Giovanna Milana alias Gia menjelang kembali bergabung dengan Red Sparks.
Atlet bola voli Indonesia Megawati Hangestri Pertiwi menyabet penghargaan Anugerah Perempuan Hebat 2024 atas capaiannya di bidang olahraga.
Megawati Hangestri sukses pecah telur dengan menjadi juara PLN Mobile Proliga untuk kali pertama bersama Jakarta BIN. Ia mematahkan persepsi orang-orang kalau ada dirinya timnya tidak kalah.
Opposite Jakarta BIN Megawati Hangestri Pertiwi dinobatkan sebagai MVP PLN Mobile Proliga 2024. Penghargaan ini melengkapi gelar juara Jakarta BIN.
Laga dramatis hadir di final putri PLN Mobile Proliga 2024. Jakarta BIN akhirnya mengamankan gelar usai menaklukkan Jakarta Electric PLN 3-2 (25-21, 25-20, 22-25, 21-25, 17-15) di Indonesia Arena, Sabtu (20/7/2024) malam WIB.
Megawati Hangestri Pertiwi menjadi satu-satunya spiker lokal yang berada di posisi 10 besar top scorer putri PLN Mobile Proliga 2024. Pemain Jakarta BIN itu menempati posisi sembilan dengan 152 poin.
Dua kemenangan dalam PLN Mobile Proliga 2024 di Gor Ken Arok jadi target sejak awal manajemen dan pemain
Jakarta BIN meraih tiket final four PLN Mobile Proliga 2024 setelah mengalahkan Jakarta Livin Mandiri. Megawati Hangestri cs belum terkalahkan pada putaran kedua.
Megawati Hangestri dan kawan-kawan hanya butuh satu kemenangan lagi untuk membawa Jakarta BIN lolos ke final four PLN Mobile Proliga 2024 usai mengalahkan Bandung bjb Tandamata.
Pemain Jakarta BIN Megawati Hangestri di posisi kesembilan dalam daftar top scorer PLN Mobile Proliga 2024 dengan 130 poin.
Megawati Hangestri menuliskan pesan menyentuh untuk ratu voli Korea Selatan Kim Yeon Koung yang memutuskan pensiun dari tim nasional.
Megawati Hangestri mencetak total 39 poin saat Jakarta BIN mengalahkan Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia dan Jakarta Pertamina Enduro pada PLN Mobile Proliga 2024 seri Bandung.
Jakarta BIN merekrut Kara Bajema untuk menggantikan Kashauna Williams pada lanjutan PLN Mobile Proliga 2024. Outside hitter asal Amerika Serikat itu kabarnya dikontrak dengan harga US$ 300.000 atau sekitar Rp 4,8 miliar.
PBVSI merevisi skuad Timnas Indonesia untuk AVC Challenge for Womens. Megawati Hangestri menghilang dari daftar skuad.
Pevoli Megawati Hangestri Pertiwi bakal bakal menempuh pendidikan program magister manajemen di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus).
Pelatih Red Sparks Ko Hee Jin akan mengkombinasikan Megawati Hangestri dan Vanja Bukilic meski kedua pemain memiliki posisi sama, yakni opposite.
Opposite Jakarta BIN Megawati Hangestri Pertiwi dekati 10 besar dalam daftar top scorer putri PLN Mobile Proliga 2024 yang akan memasuki putaran pertama seri keempat.
Pengurus Pusat (PP) PBVSI memanggil 14 pemain yang akan dikirim untuk mengikuti Kejuaraan AVC Challenge Women 2024 di Filipina, 22-29 Mei mendatang. Skuad tersebut berisi pemain yang tersebar di dalam tim yang mengikuti PLN Mobile Proliga 2024, salah satunya Megawati Hangestri Pertiwi.
Giovanna Milana alias Gia menyesal dan sedih tidak bisa menghadapi Megawati Hangestri saat Jakarta Pertamina Enduro dikalahkan Jakarta BIN pada PLN Mobile Proliga 2024 putaran pertama seri Palembang.
President of Indonesia from 2001 to 2004
Diah Permata Megawati Setiawati Sukarnoputri (Indonesian: [meɡawati sukarnɔputri] ⓘ; born 23 January 1947) is an Indonesian politician who served as the fifth president of Indonesia from 2001 to 2004 and the eighth vice president under President Abdurrahman Wahid from 1999 to 2001.
Megawati Sukarnoputri is Indonesia's first and to date only female president[4] and the fifth woman to lead a Muslim-majority country. She is also the first Indonesian president and as of 2023 the only vice president to be born after Indonesia proclaimed its independence in 1945. After serving as vice president to Abdurrahman Wahid, Megawati Sukarnoputri became president when Wahid was removed from office in 2001. She ran for re-election in the 2004 presidential election, but was defeated by Susilo Bambang Yudhoyono. She ran again in the 2009 presidential election, losing to Yudhoyono a second time.
Megawati Sukarnoputri was instrumental in creating the Corruption Eradication Commission, an agency tasked with combatting corruption in Indonesia. She also set up a general election system for the first time, in which the Indonesian people can directly elect the president and vice president, in addition to electing candidates for the legislature. As a result, she was given the title "Mother of Upholding the Constitution."[5]
She is the first and current leader of the Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI-P), one of Indonesia's largest political parties. She is the eldest daughter of Indonesia's first president, Sukarno.
Her name, Sukarnoputri (meaning "daughter of Sukarno"), is a patronym, not a family name; Javanese often do not have family names, similarly Minang living outside of traditional nagari society often do not carry on matrilineal clan names. She is often referred to as simply Megawati or Mega, derived from Sanskrit meaning 'cloud goddess.' In a speech to the students of the Sri Sathya Sai Primary School, she mentioned that Indian politician Biju Patnaik named her at Sukarno's request.[6][7]